SwaraSenayan.com. Melihat kondisi perekonomian nasional saat ini dimana ketergantungan terhadap negara lain sangat besar, hutang yang menggunung, pemasukan yang tidak seimbang, sangatlah memprihatinkan dan sebenarnya negara Indonesia menuju kebangkrutan. Daya beli masyarakat rendah, kemampuan ekonomi menurun, sumber daya alam dikelola perusahaan asing, merupakan indikasi kehancuran ekonomi nasional.
Demikian disampaikan Nuril Anwar, fungsionaris BPP HIPMI dalam Diskusi Rumahan yang digelar oleh Majelis Kajian Jakarta (MKJ) yang mengangkat tema “Darurat Nasionalisme: Perspektif Politik dan Ekonomi” yang digelar pekan lalu di bilangan Benhil Jakarta (2/9/2016).
“Bahwa kondisi ekonomi nasional saat ini terpuruk adalah fakta yang tak terbantahkan, lihatlah pemerintahan sekarang sangat panik, salah satunya dengan melahirlah kebijakan Tax Amnesty guna menarik uang kita yang parkir diluar,” kata Nuril yang juga mantan Ketua Umum PB PII ini.
Lebih lanjut Nuril menjelaskan bahwa, yang harus didorong oleh pemerintah dan elite-elite pemimpin bangsa ini adalah menciptakan kader-kader pengusaha bukan malah memperbanyak kaderisasi dibidang politik. Dengan mencetak kader pengusaha, akan memperbanyak konsorsium bisnis yang melibatkan generasi muda. Mereka harus diarahkan menjadi pengusaha bukan menjadi pekerja.
Untuk mendorong kemungkinan kebijakan ke arah itu, menurut Nuril ada dua langkah yang selama ini terlupakan. “Dalam mengatasi kemelut perekonomian nasional saat ini, ada dua langkah yang harus mulai dilakukan, yakni perkuat agenda ekonomi kerakyatan dan membangun kedaulatan ekonomi,” tuturnya.
Dua agenda kebijakan ekonomi ini jika dijalankan akan menimbulkan efek yang luar biasa, yakni selain menjalankan amanat pasal 33 UUD 1945, juga memberdayakan sektor hulu ekonomi nasional yang berbasiskan pada potensi petani, nelayan, pedagang kecil dan masyarakat banyak yang selama ini sudah memutar roda ekonomi bangsa dengan berbagai bidang usahanya yang berskala kecil yang telah berjalan turun temurun dan terbebas dari pengaruh ekonomi makro.
“Cuma sayangnya pembinaan terhadap mereka untuk mengembangkan usahanya dikalahkan oleh korporasi ekonomi berskala besar yang diakomodasikan oleh negara,” demikian menurut pemikiran Nuril Anwar.
Diskusi Rumahan adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan MKJ guna menajamkan pemahaman dan konsolidasi bagi generasi muda akan segala persoalan kebangsaan. Setiap resume pembahasan diskusi akan dijadikan rumusan persoalan sosial yang kemudian dikaji lebih lanjut agar ditemukan solusi bagi persoalan bangsa dan negara. Inilah cara generasi muda turut serta mengkritisi dan menyumbangkan pemikiran bagi pengambil kebijakan agar berpihak pada upaya memajukan kesejahteraan rakyat. ■mtq